Azerbaijan Luncurkan Operasi Militer di Nagorno-Karabakh, Rusia Serukan Perjanjian Gencatan Senjata
Azerbaijan Luncurkan Operasi Militer di Nagorno-Karabakh

Rabu, 20 Sep 2023 | 11:32:14 WIB, Dilihat 139 Kali

Oleh Muhammad Sahid

Azerbaijan Luncurkan Operasi Militer di Nagorno-Karabakh, Rusia Serukan Perjanjian Gencatan Senjata Dampak Operasi Militer Azerbaijan di Nagorno-Karabakh, foto : dok BBC

Baca Juga : Sebuah Bus Terjun ke Jurang di Peru, 24 Meninggal 35 Luka-Luka


Pasukan Azerbaijan menghujani tembakan artileri ke posisi Armenia di Nagorno-Karabakh pada Selasa (19/9/2023). Azerbaijan berdalih, serangan tersebut merupakan operasi antiterorisme guna merebut kembali wilayah yang disengketakan tersebut.

Pejabat Karabakh mengatakan lima orang tewas dan puluhan lainnya terluka, termasuk perempuan dan anak-anak.

Kementerian Pertahanan Azerbaijan berkukuh pihaknya tidak akan berhenti melakukan serangan hingga etnis Armenia yang menguasai wilayah tersebut menyerahkan senjata dan membubarkan "rezim ilegal" mereka.

Otoritas etnis Armenia di wilayah Pegunungan Kaukasus mendesak Azerbaijan untuk melakukan perundingan, namun pemerintahan kepresidenan Azerbaijan mengatakan apa yang digambarkannya sebagai “operasi antiterorisme” akan terus berlanjut sampai “formasi militer ilegal Armenia” menyerah dan pemerintahan separatis Nagorno-Karabakh membubarkan diri.

Ketegangan meningkat selama berbulan-bulan di sekitar Nagorno-Karabak (daerah kantong etnis Armenia yang memisahkan diri) yang diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan. Pada Selasa (19/09), sirene serangan udara dan tembakan mortir terdengar di ibu kota Karabakh, yaitu Khankendi(dikenal sebagai Stepanakert oleh rakyat Armenia).

Para pejabat pertahanan di Nagorno-Karabakh mengatakan militer Azerbaijan telah "melanggar gencatan senjata di sepanjang garis kontak dengan serangan rudal-artileri". Pejabat perwakilan Karabakh lainnya berbicara tentang "serangan militer skala besar".

Etnis Armenia di Karabakh telah meminta gencatan senjata dan memulai pembicaraan. Namun jelas dari ultimatum Azerbaijan, negara itu bertujuan menyelesaikan penaklukannya atas wilayah pegunungan tersebut.

Suara artileri dan tembakan terdengar pada Selasa (19/09) dari ibu kota wilayah Karabakh, Khankendi, yang dikenal sebagai Stepanakert oleh rakyat Armenia. Diperkirakan 120.000 orang etnis Armenia tinggal di daerah pegunungan tersebut.

Kementerian Pertahanan Azerbaijan menuduh pasukan Armenia melakukan "penembakan sistematis" terhadap posisi militernya. Azerbaijan kemudian mengaku merespons dengan meluncurkan "kegiatan anti-teroris lokal"

Azerbaijan berkeras bahwa mereka tidak menargetkan warga sipil atau fasilitas sipil, namun "hanya target militer yang sah yang dilumpuhkan oleh penggunaan senjata presisi tinggi". Kementerian Pertahanan Armenia mengatakan klaim Azerbaijan soal tembakan militer Armenia tidak sesuai dengan kenyataan.

Jurnalis Siranush Sargsyan mengatakan daerah permukiman di kota itu terkena serangan, termasuk sebuah bangunan di sebelah tempatnya berada. Adapun Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashiyan, menuduh Azerbaijan memulai operasi yang bertujuan untuk "pembersihan etnis".

Namun ratusan pengunjuk rasa Armenia, yang frustrasi dengan respons pemerintah mereka atas serangan tersebut, bentrok dengan polisi di luar gedung parlemen di Yerevan, mengutuk pemimpin mereka sebagai pengkhianat dan menyerukan agar perdana menteri mengundurkan diri.

Rusia meminta Azerbaijan dan Armenia menghentikan pertumpahan darah menyusul situasi yang kian panas di Nagorno-Karabakh beberapa hari ini.

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia juga meminta kedua pihak untuk tidak bermusuhan dan kembali menerapkan perjanjian gencatan senjata.

"Sehubungan dengan meningkat secara tajam konfrontasi bersenjata di Nagorno-Karabakh, kami mendesak pihak-pihak yang bertikai untuk segera menghentikan pertumpahan darah, menghentikan permusuhan dan mencegah korban sipil," demikian kata Kemlu Rusia pada Rabu (20/9), dikutip dari Reuters.

Seruan Rusia muncul usai Azerbaijan mengerahkan operasi militer pada Selasa. Langkah ini meningkatkan ancaman perang baru di wilayah tersebut.

Azerbaijan mengatakan perundingan dapat dimulai di kota Yevlakh, sekitar 100 km (60 km) utara ibu kota wilayah Karabakh, Khankendi, yang disebut Stepanakert oleh etnis Armenia.

Sementara itu, Armenia meminta bantuan Rusia untuk menghentikan operasi militer Azerbaijan. Kremlin memang memiliki pasukan perdamaian yang dikerahkan di Nagorno-Karabakh untuk intervensi. Armenia juga mendesak Dewan Keamanan PBB membantu menghentikan agresi.



Sebuah Bus Terjun ke Jurang di Peru, 24 Meninggal 35 Luka-Luka
  • Sebuah Bus Terjun ke Jurang di Peru, 24 Meninggal 35 Luka-Luka

    Selasa, | 13:35:41 | 156 Kali


  • Pesawat Jatuh di Amazon Brazil Akibat Cuaca Buruk, 14 Orang Meninggal dunia
  • Pesawat Jatuh di Amazon Brazil Akibat Cuaca Buruk, 14 Orang Meninggal dunia

    Senin, | 13:06:20 | 134 Kali